Sewaktu kecil pernah dengar cerita tentang pohon yang hidup dan dapat berbicara seperti manusia? Pasti sebagian sudah pernah mendengarnya walau mungkin dengan varian yang berbeda.
Nah, kalau berita tentang manusia pohon atau manusia akar, sudah pada tau? Kalau yang ini sebenarnya merupakan berita sejak belasan tahun lalu. Menurut referensi yang saya dapat (lihat di bagian akhir tulisan ini), sebuah televisi swasta lokal pernah menayangkannya pada tahun 1997.
Namun, berita tersebut kembali santer diberitakan di Indonesia sejak ada rencana seorang dokter dari AS yang berniat untuk membawa ke negaranya untuk diambil sampel darahnya sekaligus diobati. Seperti biasa, Indonesia selalu kaget di akhir-akhirnya, pemerintah pun baru meresponnya. Sebelumnya maaf, bukannya saya mau menertawakan bangsa sendiri, tapi setidaknya dalam kasus ini menurut saya itu yang terjadi.
Setelah mendengar rencana itu, orang nomor 1 di Indonesia pun langsung memerintahkan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari, untuk melihat kondisi Dede (manusia pohon).
Saya kutip dari Tribun Kaltim Online, Dede ditemukan di Jawa Barat dan diungkap keberadaannya ke seantero dunia oleh Discovery Channel. Kemudian pihak jaringan televisi tersebut membawa seorang ahli dermatologi dari AS, Anthony Gaspari.
Dokter tersebut kemudian terperangah ketika pertama kali bertemu Dede. Disini saya tidak akan menjelaskan penyakit apa yang diderita oleh Dede. Silakan cari di salah satu referensi yang saya tuliskan di akhir tulisan ini mengenai penjelasannya. Tapi yang jelas pada kasus ini saya tidak mengerti apa alasan pemerintah kita untuk menahan Dede keluar dari Indonesia?
Anthony Gaspari mengatakan bahwa pihaknya berminat untuk membawa Dede ke negerinya asal dimudahkan dalam urusan perizinan seperti paspor, visa, dan sebagainya. Namun, Kepala Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan, Lily Sriwahyuni Sulistiyowati, mengatakan bahwa Depkes tidak akan memberi izin pada pihak manapun yang membawa Dede ke luar negeri. Pasalnya, penyakit Dede adalah spesimen penyakit yang memang perlu diteliti oleh ahli kesehatan Indonesia.
Hmm… Kenapa sih berpikiran seperti itu? Saya pikir dalam kasus ini tidak masalah kalau si Dede dibawa ke luar negeri untuk menjalani pengobatan. Walau jujur saja, saya sendiri juga skeptis jika mendengar yang melakukannya adalah pihak AS.
Tapi bukan itu masalahnya! Saat ini kita tidak usah berpikir mau diapakan nantinya sampel darah atau virus yang diambil tersebut akan digunakan. Tapi seharusnya lebih berpikir kepada apakah penderita penyakit itu bisa diselamatkan? Apakah fasilitas medis di Indonesia sudah cukup mumpuni untuk mengadakan penelitian spesimen penyakit tersebut? Dan apakah pemerintah, dalam hal ini Depkes, sudah cukup serius menangani masalah ini?
Perlu diketahui bahwa Dede pernah dirawat pada tahun 1996. Saat itu dokter sudah menggunakan cara pengobatan, dari mulai dikelupaskan dengan air keras 80 persen, diberi vitamin A, dioperasi penyayatan terhadap seluruh bagian tubuh yang tumbuh kutil, sampai bedah listrik. Namun, sepertinya tidak berhasil. Buktinya sekarang berita tersebut kembali naik ke permukaan!
Saya kira disini kita harus berpikir realistis. Kalau memang tujuannya baik, ya buat apa dilarang-larang untuk dibawa ke luar negeri yang notabennya fasilitas medis jauh lebih mumpuni dan modern dibanding kita. Maaf, sekali lagi bukan maksud saya untuk menertawakan dan merendahkan kemampuan bangsa sendiri.
Saya khawatir bila ketidakseriusan itu memang benar-benar terjadi, maka yang ada si Dede akan meneruskan pekerjaan satu-satunya yang hanya bisa ia lakukan saat ini. Apa itu? Tidak lain dan tidak bukan ialah “Pertunjukan Orang Aneh”. Ya, faktanya memang seperti itu, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saat ini ia melakukan pertunjukan seperti itu dari satu tempat ke tempat lain. Dalam hal ini tentu saja yang lebih dapat meraup keuntungannya adalah promotor acara tersebut.
Dan terakhir saya sedikit miris ketika membaca kutipan perkataan Dede, “Saya tak ingin meninggal dengan penyakit ini. Saya ingin panjang umur sehingga bisa melihat cucu kelak,” kata Dede yang ditemani salah seorang putrinya ketika ditemui Gaspari.
Nah, kalau berita tentang manusia pohon atau manusia akar, sudah pada tau? Kalau yang ini sebenarnya merupakan berita sejak belasan tahun lalu. Menurut referensi yang saya dapat (lihat di bagian akhir tulisan ini), sebuah televisi swasta lokal pernah menayangkannya pada tahun 1997.
Namun, berita tersebut kembali santer diberitakan di Indonesia sejak ada rencana seorang dokter dari AS yang berniat untuk membawa ke negaranya untuk diambil sampel darahnya sekaligus diobati. Seperti biasa, Indonesia selalu kaget di akhir-akhirnya, pemerintah pun baru meresponnya. Sebelumnya maaf, bukannya saya mau menertawakan bangsa sendiri, tapi setidaknya dalam kasus ini menurut saya itu yang terjadi.
Setelah mendengar rencana itu, orang nomor 1 di Indonesia pun langsung memerintahkan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari, untuk melihat kondisi Dede (manusia pohon).
Saya kutip dari Tribun Kaltim Online, Dede ditemukan di Jawa Barat dan diungkap keberadaannya ke seantero dunia oleh Discovery Channel. Kemudian pihak jaringan televisi tersebut membawa seorang ahli dermatologi dari AS, Anthony Gaspari.
Dokter tersebut kemudian terperangah ketika pertama kali bertemu Dede. Disini saya tidak akan menjelaskan penyakit apa yang diderita oleh Dede. Silakan cari di salah satu referensi yang saya tuliskan di akhir tulisan ini mengenai penjelasannya. Tapi yang jelas pada kasus ini saya tidak mengerti apa alasan pemerintah kita untuk menahan Dede keluar dari Indonesia?
Anthony Gaspari mengatakan bahwa pihaknya berminat untuk membawa Dede ke negerinya asal dimudahkan dalam urusan perizinan seperti paspor, visa, dan sebagainya. Namun, Kepala Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan, Lily Sriwahyuni Sulistiyowati, mengatakan bahwa Depkes tidak akan memberi izin pada pihak manapun yang membawa Dede ke luar negeri. Pasalnya, penyakit Dede adalah spesimen penyakit yang memang perlu diteliti oleh ahli kesehatan Indonesia.
Hmm… Kenapa sih berpikiran seperti itu? Saya pikir dalam kasus ini tidak masalah kalau si Dede dibawa ke luar negeri untuk menjalani pengobatan. Walau jujur saja, saya sendiri juga skeptis jika mendengar yang melakukannya adalah pihak AS.
Tapi bukan itu masalahnya! Saat ini kita tidak usah berpikir mau diapakan nantinya sampel darah atau virus yang diambil tersebut akan digunakan. Tapi seharusnya lebih berpikir kepada apakah penderita penyakit itu bisa diselamatkan? Apakah fasilitas medis di Indonesia sudah cukup mumpuni untuk mengadakan penelitian spesimen penyakit tersebut? Dan apakah pemerintah, dalam hal ini Depkes, sudah cukup serius menangani masalah ini?
Perlu diketahui bahwa Dede pernah dirawat pada tahun 1996. Saat itu dokter sudah menggunakan cara pengobatan, dari mulai dikelupaskan dengan air keras 80 persen, diberi vitamin A, dioperasi penyayatan terhadap seluruh bagian tubuh yang tumbuh kutil, sampai bedah listrik. Namun, sepertinya tidak berhasil. Buktinya sekarang berita tersebut kembali naik ke permukaan!
Saya kira disini kita harus berpikir realistis. Kalau memang tujuannya baik, ya buat apa dilarang-larang untuk dibawa ke luar negeri yang notabennya fasilitas medis jauh lebih mumpuni dan modern dibanding kita. Maaf, sekali lagi bukan maksud saya untuk menertawakan dan merendahkan kemampuan bangsa sendiri.
Saya khawatir bila ketidakseriusan itu memang benar-benar terjadi, maka yang ada si Dede akan meneruskan pekerjaan satu-satunya yang hanya bisa ia lakukan saat ini. Apa itu? Tidak lain dan tidak bukan ialah “Pertunjukan Orang Aneh”. Ya, faktanya memang seperti itu, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saat ini ia melakukan pertunjukan seperti itu dari satu tempat ke tempat lain. Dalam hal ini tentu saja yang lebih dapat meraup keuntungannya adalah promotor acara tersebut.
Dan terakhir saya sedikit miris ketika membaca kutipan perkataan Dede, “Saya tak ingin meninggal dengan penyakit ini. Saya ingin panjang umur sehingga bisa melihat cucu kelak,” kata Dede yang ditemani salah seorang putrinya ketika ditemui Gaspari.
0 komentar:
Posting Komentar