Baru2 ini banyak situs islam menunjukkan salah satu contoh pengetahuan ilmiah ajaib dari qur’an, dianggap terbukti dari gambar dari teleskop antariksa Hubble NASA pada 11 januari 1995, namun telah mencapai perhatian umat muslim tampaknya saat gambar di munculkan di situs resmi NASA tanggal 31 oktober 1999. Mulai tanggal itu, sebagian muslim menemukan bahwa itu dapat merupakan keajaiban qur’an. Mereka menyebarkan berita bahwa fenomena ini mengikuti ayat qur’an berikut:[37] Selain itu (sungguh ngeri) ketika langit pecah-belah lalu menjadilah ia merah mawar, berkilat seperti minyak. [38] Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu yang kamu hendak dustakan? (55:37-3
Ayat ini, sayangnya, tidak ada kaitannya dengan nebula bintang merah sama sekali. Sesungguhnya, dalam ayat ini Allah (lewat nabinya yang patuh) hanya mencoba menakut2i orang dengan cerita api yang mengerikan dan tindakan2 mengancam. Ayat di atas adalah, salah satu contoh ayat yang menakut2i dari nabi, saat kita menyadari bahwa kalimat ” langit pecah-belah lalu menjadilah ia merah ” tidak berkaitan dengan keajaiban ilmiah apapun.
Sebuah pengamatan kronologis yang lebih dekat dari ayat2 mulai 55:26 hingga 55:38 memberi kita impresi bahwa pengarang mencoba menakuti orang2 mengenai hari akhri. Mari kita kutip dari qur’an:
[26] Segala yang ada di muka bumi itu akan binasa. [27] Dan akan kekallah Zat Tuhanmu yang mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan. [28] Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? [29] Sekalian makhluk yang ada di langit dan di bumi sentiasa berhajat dan memohon kepadaNya. Tiap-tiap masa Dia di dalam urusan (mencipta dan mentadbirkan makhluk-makhlukNya)! [30] Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? [31] Kami hanya akan menguruskan hitungan dan balasan amal kamu sahaja (pada hari kiamat,) wahai manusia dan jin! [32] Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? [33] Wahai sekalian jin dan manusia! Kalau kamu dapat menembus keluar dari kawasan-kawasan langit dan bumi (untuk melarikan diri dari kekuasaan dan balasan Kami), maka cubalah kamu menembus keluar. Kamu tidak akan menembus keluar melainkan dengan satu kekuasaan (yang mengatasi kekuasaan Kami; masakan dapat)! [34] Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? [35] Kamu (wahai golongan yang kufur ingkar dari kalangan jin dan manusia) akan ditimpakan dengan api yang menjulang-julang dan leburan tembaga cair (yang membakar); dengan yang demikian, kamu tidak akan dapat mempertahankan diri (dari azab seksa itu). [36] Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? [37] Selain itu (sungguh ngeri) ketika langit pecah-belah lalu menjadilah ia merah mawar, berkilat seperti minyak. [38] Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu yang kamu hendak dustakan?
Dari kutipan di atas, dua ayat ini dapat menarik kita karena Allah jelas menunjukkan motivasi ke depanNya untuk mengadili kita (di hari akhri):
055.031Kami hanya akan menguruskan hitungan dan balasan amal kamu sahaja (pada hari kiamat,) wahai manusia dan jin!
055.039Pada masa itu tiada sesiapapun, samada manusia atau jin yang akan ditanya tentang dosanya (kerana masing-masing dapat dikenal menurut keadaannya).
Jadi siapapun yang rasional dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan dengan nebula bintang merah bila kita mempertimbangkan konteks. Walau begitu, sarjana muslim ingin sekali mencocokkannya dengan subjek astrofisika tersebut. Kita semua tahu bahwa ada banyak nebula yang jauh dari planet kita. Bila kita melihatnya dengan teleskop yang kuat mereka akan tampak merah karena ia menjauh dari kita. Semua bintang menjauh dari kita karena alam semesta mengembang dan karena itu mereka merah. Ini adalah geseran merah yang terkenal yang ditemukan oleh Hubble. Kita, walaubegitu, tidak dapat melihat ini dengan mata telanjang kita; kita hanya bisa melihatnya lewat teleskop yang paling kuat. Warna merah dalam gambar diatas bukan merupakan akibat pengembangan alam semesta yang dijelaskan sebelumnya. Gambar ini di ambil oleh teleskop antariksa NASA pada “nebula Mata Kucing”, sebuah letusan supernova yang terjadi 3.000 tauhn lalu. Ini adalah ledakan jam pasir dilihat dari atas. Sesungguhnya, foto ini di ambil oleh NASA dalam spektrum warna inframerah atau sinar X. Dalam gambar ini, warna tambahan ditambahkan memakai algoritma warna NASA saat perilisan. NASA mengalokasikan warna merah pada gambar ini, namun mereka dapat memberi warna apa saja yang mereka suka. Jadi keseluruhan argumen menjadi tidak bermakna.
Aparthib juga telah menulis sejumlah artikel menyanggah klaim pseudo ilmiah islam tersebut, yaitu, usaha unu\tuk mengkaitkan ayat2 kabur Qur’an dengan penemuan ilmiah. Saya ingat dalam respon pada klaim seorang apologis dari “mukjizat” yang kabur tersebut Aparthib menulis:
“Saya melihat sebuah usaha disini untuk mengkaitkan nebula planeter dengan sebuah ayat agama. Ini adalah sebuah usaha yang sering dibuat para apologetik dari semua agma, sebagian lebih dari yang lain. Bila seseorang senang melihat sains dalam segalanya mereka dapat melihatnya dimana saja. Mungkin ada orang bernama Wahyu yang telah mengatakan “Semua relatif” sebelum teori relativitas Einstein. Namun ini tidak berarti bahwa wahyu dapat mengklaim bahwa ia telah tahu tentang relativitas dan mengklaim bahwa ialah penemu teori relativitas. Ayat, kalimat, kata apapun yang dibuat manusia, kitab dll dapat di kustomisasi dan dibuat cocok dengan prinsip ilmiah apapun yang telah disederhanakan kalimat, kata2nya, untuk konsumsi publik sementara prinsip2 yang jauh lebih teliti ada dibaliknya. Ini adalah penghinaan terhadap sains dan ilmuan yang setengah mati melakukan penelitian untuk mengungkapkan cara kerja hukum alam dan kenyataan yang rumit. Tidak satupun wahyu ilmiah ini didapatkan dari, tergantung pada atau dibantu oleh wahyu agama manapun. Bila wahyu agama tidak dapat dan tidak membawa pada kebenaran ilmiah ini maka ia berdiri sendiri di luar sains dan tidak dapat dipakai untuk mengkritik atau mendukung sains. Ada banyak pertanyaan yang belum terjawab dalam pemahaman kita mengenai alam semesta. Kenapa tidak ada ayat yang dapat memberi keterangan padanya? Sebagai contoh kita tidak tahu apakah alam semesta ini tertutup, terbuka atau datar. Tidak ada yang berani membuat ramalan berdasarkan wahyu agama. Namun bila suatu saat ditemukan jawabannya, saya yakin akan ada orang yang segeramencari ayat2 kabur dari kitab2 suci dan mengklaim “melihat” jawaban yang akhirnya ditemukan sains. Ia selalu tiba SETELAH fakta ditemukan. Ia tidak pernah ditemukan SEBELUM penemuan ilmiah. Apakah itu suatu kebetulan?”
Lalu Aparthib melanjutkan -
“Peraih Nobel fisika Dr. Abdus Salam memperingatkan orang2 yang mencoba menjelaskan big bang memakai ayat2 dari quran, mengatakan bahwa versi big bang saat ini adalah penjelasan terbaik yang diketahui sains untuk penciptaan alam semesta. Bagaiamana bila sebuah penjelasan ilmiah yang mengalahkan big bang di masa datang? Haruskah ayat tersebut dirubah untuk mengakomodir pandangan ilmiah yang baru? Agama tidak dapat membenarkan atau menyanggah sains. Kebenaran atau kesalahan prinsip ilmiah berada dalam sains itu sendiri. Kitab suci tidak dapat bicara prinsip ilmiah apapun.Wahyu agama adalah arahan dan narasi mutlak untuk manusia agar mengikuti keimanan tanpa bertanya. Banyak wahyu jelas bertentangan pada prinsip ilmiah yang telah diterima. Tidak satupun ilmuan dari reputasi manapun berusaha mencoba mendasarkan prinsip ilmiah dari keyakinan agama. Sebagian besar ilmuan dan teolog memilih tidak mencampurkan sains dan keyakinan agama. Quran/injil/gita dll bukanlah kitab sains.Segala kesamaan kabur antara suatu ayat dengan frase populer sebuah prinsip ilmiah rumit pada dasarnya bertopang pada kata yang terlalu umum dan kabur sehingga memungkinkan pengartian apapun yang dipilih seseorang. Semua yang diperlukan seseorang adalah argumen yang cocok untuk menghubungkan keduanya. Seseorang dapat menemukan mekanika kuantum dalam puisi Tagore, atau relativitas pada tulisan Pendeta budha nagarjun. Hanya dengan melihat apa yang ingin orang lihat dari sebuah keyakinan tidak berarti benar secara objektif. Tujuan saya bukan untuk menghina agama atau wahyunya, namun untuk mempertanyakan usaha untuk merekonsiliasi keduanya secara tidak logis. Mereka dapat terus berjalan sendiri dan tidak ikut campur dalam urusan masing2″
Kesimpulan:
Nebula itu warnanya bukan merah. Nasa menggunakan algo spektrum warna supaya dapat mendeteksinya. Jadi…, kalau saja ilmuan nasa tidak mewarnai nebula itu dengan merah, tapi hijau, bisa jadi orang islam memakai search engine Quran mencari kata ‘hijau’ lalu menafsirkannya dengan “Mukjizat!”. Pikiran yang sangat kreatif.